Bukan History

21/08/2009

Komputer Tablet Akan Meledak di 2010

Filed under: Komputer — jack @ 12:07
Tags: ,

JAKARTA – Ada dasar cukup kuat mengapa tahun depan menjadi awal era komputer Tablet. Bertahun-tahun berkutat pada isu, ramalan ambisius dan obrolan, piranti itu berevolusi, dari yang terbatas menjadi komputer jinjing tren arus besar.

Salah satu penanda muncul dari pernyataan eksekutif yang memiliki kaitan erat di industri TI, bahwa pemain besar Dell dan Intel tengah berkolaborasi diĀ tablet layar-sentuh untuk dirilis tahun depan. Meski sumber, yang dilansir oleh Wired.com itu, hanya paham sedikit perihal spesifikasi, tetapi cukup nyata, tablet bakal melayani bacaan elektronik berbasis abonemen untuk menampilkan koran, majalah dan media lain.

Sebangun dengan format model bisnis, tablet tersebut gratis bagi pengguna yang memilih berlangganan pada satu atau lebih media digital, demikian menurut sang sumber. Taktik itu mirip dengan perusahaan telkom saat ini, yang menyubsidi ponsel ketika pelanggan setuju melakukan kontrak pemakaian hingga dua tahun.

Sumber yang meminta dianonimkan, mengatakan kedua perusahaan, Dell dan Intel, menarget peluncuran produk tersebut dalam jangka waktu sekitar enam bulan, sejak Juli. Duet Dell dan Intel hanya satu dari contoh terbaru tren yang berkembang. Analis MKM Partner, Tero Kuittinen, mengatakan, ia mendengar pula isu bukan hanya Dell, tapi juga pembuat ponsel Nokia dan HTC bakal melempar tablet-tablet mereka pada akhir kuartal pertama 2010.

Kini, hampir setiap orang percaya diri, seperti situs portal Telegraph untuk mengatakan Apple akan meluncurkan tabletnya di di akhir 2009 atau awal tahun depan. Dijamin, mereka cukup yakin pula menyatakan pemain baru Singapura, Fusion Garage and TechCrunch, tengah mempercepat rilis tablet layar-sentuh CrunchPad pada akhir November tahun ini.

Perusahaan riset pasar, Display Search, meramalkan pasar tablet akan melesat tiga kali lipat tak lama beberapa tahun lagi. Angka penjualan diperkirakan melonjak dari 3,6 milyar dolar menuju 9 milyar dolar.

“iPhone adalah katalis terbesar bagi seluruh industri layar sentuh, meski piranti itu hanya berupa ponsel 3,5 inchi,” ujar analis dan direktur teknologi display, Jennifer Halgrove dari Display Search. “Itu mendorong imajinasi orang dan kini perusahaan berkata ‘Oh saya dapat buat yang lebih besar dan saya dapat pula memiliki koneksi antarmuka yang mudah. Akhirnya industri pun terbuka lebar.”

Sejarah Komputer Tablet

Gagasan komputer tablet sendiri bukan barang baru di industri teknologi. Perkembangan PC tablet dapat dilacak ke belakang hingga 1888, ketika kantor Paten AS, memberikan hak paten pada ahli elektronik, Elisha Gray, atas piranti stylus elektrikal untuk membaca tulisan tangan.

Dalam tahun berikut, banyak perusahaan perangkat keras macam Hewlett-Packard dan Acer, telah mengusung tablet yang hanya sukses di kalangan terbatas. Dikendalikan dengan pena-sentuh atau stylus di atas layar sensitif-sentuh, PC tablet secara tradisional sudah dibuat khusus atas permintaan seniman dan perancang, namun gagal menembus tren besar.

Hanya saja di beberapa tahun belakang, harga komponen untuk merakit layar sentuh anjlok tajam, membuat tipe baru layar-sentuh mulai beredar di pasar monitor, demikian menurut Jennifer. Setelah layar-sentuh yang dikendalikan pena stylus, datang layar-sentuh minus alat.

Tipe kedua itu lebih murah dalam ongkos produksi namun memiliki ketahanan pakai minim dan miskin kemampuan transmisi. Kemudian, sebuah teknologi terbaru disebut sentuhan kapasitas mulai beredar. Di tipe ini, elektroda dapat merasakan sentuhan jari pada sumbu X dan Y. Teknologi tersebut, walhasil menghentikan kebutuhan bantuan pena stylus.

Generasi Tablet Baru

Pada 2007, Apple memasukan fitur teknologi sentuhan kapasitas (yang dalam istilah pasar akrab disebut ‘multi-sentuh’) ke dalam iPhone dan iPod Sentuh. Kedua piranti, masing-masing telah terjual 40 juta unit di seluruh dunia hingga kini.

Fakta itu cukup untuk menuturkan, bahwa ada pemirsa tren besar untuk komputer minus keyboard tersebut. Apple pun menjadi pembuka pintu dengan penggunaan aplikasi antar-muka superior.

“Aplikasi antarmuka berbasis sentuh adalah konsep yang kita dapat dari pasar piranti genggam,” ujar Tero Kuittinen. “Kini setelah anda memiliki inovasi tersebut, lebih mudah untuk balik ke konsep tablet, tinggal tambah ini itu, tiba-tiba muncul piranti yang jauh lebih menjanjikan dan seksi, terutama karena ada multi-sentuh,” papar Tero.

Tablet hasil duo Dell-Intel, seharga nol rupiah tentu sangat bersaing bila dibanding Kindle milik Amazon dari segi harga. Siapa yang akan beli piranti baca Amazon Kindle bila ada tablet cuma-cuma? Kindle dibanderol 300 dolar (3 jutaan rupiah), sedangkan format lebih besar, Kindle DX dijual 490 dolar, bahkan meski setelah beli, konsumen masih harus merogoh kocek lagi untuk konten.

Memang, gagasan opsi kontrak yang bakal ditawarkan Dell-Intel terdengar tak biasa, namun mesti diingat, susbsidi ponsel luar biasa sukses di pasaran. Di Indonesia kasus itu pun terjadi. Apple iPhone, meski awalnya dibanderol tinggi oleh Telkomsel dan cenderung dimonopoli operator tersebut, tak menghentikan konsumen yang terlanjur ngiler untuk memburu.

Tero, menilai situasi itu pun mungkin terjadi pada tablet bersubsidi. Ia menambahkan pula, ukuran tablet Dell bakal muncul di kisaran 5 inchi, sedikit lebih besar dari iPhone tapi lebih kecil dari Kindle.

Namun Tero juga menyangsikan keterlibatan Intel. Melihat kecenderungan alami perusahaan, Intel bakal menghadirkan ‘nyali’ piranti di kelas prosesor rendah, seperti Atom yang kini telah ditanam di dalam netbook.

Menurut Tero, prosesor tersebut tidak cukup efisien untuk memberi daya pada Tablet dibanding cip buatan ARM yang digunakan dalam iPhone dan piranti genggam lain yang mengoperasikan Google Android. “Tidak ada alternatif lain yang cukup layak,” ujar Tero. “Android merupakan peristiwa kuat saat ini. Akan sangat mudah untuk mengembangkan teknologi itu dalam tablet.

Bisa jadi penggunaan cip Atom murah buatan Intel akan membantu harga keseluruhan piranti yang diisukan tetap rendah. Alasan tentu agar subsidi tidak terlalu berat bagi penyedia layanan konten. Padahal bukankah software adalah adonan kunci suksesnya sebuah piranti?

Namun, tantangan terbesar Dell dan Intel cenderung bukan pada kreasi alat, melainkan lebih ke negosiasi dengan rekanan penyedia isi. Duo tersebut diprediksi akan sedikit sulit meyakinkan perusahaan surat kabar besar agar beralih dari iklan berbasis bisnis ke bisnis cuma-cuma. Intel dan Dell sendiri menolak berkomentar atas kisah ini. (itz)

(Sumber : Republika online, 2009)

Leave a Comment »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Leave a comment

Blog at WordPress.com.