Bukan History

30/07/2009

Berpikir Kritis Soal Noordin M. Top Dan Jurnalisme Seputar Terorisme

JURNALISME DAN KISAH MELEDAKNYA BOM

MASIH SEPUTAR BOM J.W.MARRIOT

Jurnalisme adalah tentang etika, standar dan prosedur dalam menemukan kebenaran.

Salah satu tulang punggung jurnalisme adalah verifikasi independen terhadap pernyataan atau klaim sumber berita atas suatu fakta atau dugaan.

Informasi intelijen dan polisi dalam kasus terorisme bisa benar dan bisa pula salah. Tapi, informasi ini sulit, dan hampir mustahil, diverifikasi secara independen oleh wartawan/media.

Pernahkah ada verifikasi independen media/wartawan terhadap klaim di bawah ini?

– Ini kerjaan Jemaah Islamiyah.
– Didalangi oleh Abu Bakar Baasyir, Hambali, Al Faruk, Dr. Azahari, Noordin M. Top.
– Dilakukan dengan metode bom bunuh diri.
– Ada kaitannya dengan penghuni kamar 1808.
– Dilakukan dengan motif mendirikan negara Islam.

Saya berani mengatakan: tidak pernah ada. Saya sendiri tidak pernah bisa melakukannya.

Jika sebuah klaim/pernyataan tidak bisa diverifikasi secara independen, yang tersisa bagi kita adalah PERCAYA atau MERAGUKAN.

Karena tak bisa melakukan verifikasi independen terhadap klaim/pernyataan polisi, saya akan memutuskan percaya atau ragu berdasar pertimbangan logika, bukti-bukti tak langsung, konteks, dan analisis motif.

Dan saya sudah memutuskannya: MERAGUKAN klaim polisi.

Di samping ada banyak kejanggalan, keraguan ini bersumber terutama pada rendahnya KREDIBILITAS polisi dan khususnya Detasemen Anti-Teror. Mereka adalah sumber ATAS SEMUA KLAIM dan PERNYATAAN tadi.
Unit polisi ini memperoleh dana besar dan konsultasi polisi/badan rahasia Amerika/Australia. Ada unsur konflik-kepentingan di tubuh mereka.

Dan dalam prosedur jurnalistik, ada atau tidaknya konflik-kepentingan merupakan satu kriteria yang paling dipertimbangkan ketika menguji kredibilitas sumber berita.

Makin sering dan makin getol mereka membuat klaim tentang “organisasi hantu”, makin curiga saya akan motif mereka sendiri. Saya akan membuat kesimpulan yang sama seperti ketika mendengar seseorang begitu getol dan sangat bersemangat menuduh temannya membunuh, tapi bukti-bukti yang diajukannya sumir, hanya dia yang tahu, tidak bisa diverifikasi secara independen oleh orang lain. “Pokoknya dia pembunuh. Titik!”

Makin lantang dia bicara, makin ragu saya.

***

Untuk rekan Teguh dari Trans-7 yang hendak melakukan kegiatan investigasi terhadap kasus ini, maka ada beberapa saran untuk memulainya.

Saya memang tidak bisa membantu banyak, tapi kira-kira beginilah urut-urutan verifikasi yang saya fahami. Akan tetapi, sebelum itu, Trans TV harus meyiapkan banyak dana, personil dan waktu panjang; yang saya ragu stasiun televisi akan mengabulkan permintaan Anda.

Pernyataan awal polisi bisa menjadi dasar hipotesis kita:

“Bom Marriot dan Ritz Carlton adalah pekerjaan jaringan teroris Noordin M. Top.”

Hipotesis yang harus diverifikasi/dibuktikan, dengan sejumlah pertanyaan kritis yang sederhana.

Yang pertama dari crime scene:

1. Bagaimana teror ini ditetapkan sebagai bom bunuh diri?
2. Bagaimana tersangka diidentifikasi?
(Uji DNA, secanggih apapun, tidak bisa menampik atau mengkonfirmasi tersangka yang belum diketahui, kecuali tersangkanya sudah ada, misalnya ada dalam “database teroris Jemaah Islamiyah”.)

Di luar crime scene:

3. Bagaimana “Jemaah Islamiyah” diidentifikasi? Bagaimana “database teroris” dibuat? Oleh siapa, atas dasar apa?

(Di sini Anda akan terbentur oleh kerahasiaan informasi intelijen/polisi. Anda bisa melacaknya dari BAP/pengadilan teroris yang pernah ditangkap dan diadili, meski Anda akan harus pula memverifikasinya satu-satu sejak dari crime scene, penangkapan, interogasi, sampai keputusan vonis untuk masing-masing BAP. Banyak orang, bahkan wartawan, sampai sekarang tidak paham apa persisnya peran Amrozy dalam Bom Bali, salah satu peristiwa yang paling banyak diliput wartawan, lokal maupun internasional.)

4. Apa kata polisi tentang Jemaah Islamiyah, tempat Noordon M. Top? Organisasi apa ini? Siapa tokohnya? Bagaimana akar sejarahnya? Adakah kaitan “ginekologis” tokoh gerakan ini dengan gerakan Islam lain, dan sebelumnya dalam sejarah Indonesia?

[Di sini, Anda akan mendapatkan jawaban yang sulit diverifikasi: “Jemaah islamiyah adalah organisasi bawah tanah yang terdiri dari banyak sel, dan masing-masing sel terus memisahkan diri menjadi kelompok-kelompok teror kecil yang independen.” Hampir mustahil Anda melakukan verifikasi, Trans TV akan mengeluarkan banyak uang dan personil tanpa Anda pernah tahu jawabannya.]

Tapi, pertanyaan masih bisa dilanjutkan.

5. Apa missi gerakan ini, yang mereka katakan sendiri, bukan kata polisi tentang missi mereka? Apa goal yang mau mereka capai?

(Dan Anda harus menemukan salah satu tokoh mereka secara independen. Organisasi tanpa missi dan tanpa goal lebih layak disebut sebagai kelompok preman.)

6. Jika missi mereka (seperti yang mereka sendiri katakan) adalah mendirikan “negara Islam”, negara Islam yang mana, mana wilayah teritori yang diklaim?
7. Adakah kaitan logis antara target pemboman (Marriot dan Carlton) dengan “mendirikan negara Islam” yang dimaksud? Bagaimana tersangka, Noordin M. Top, menjelaskannya?

(Tentu saja, Anda harus ketemu Noordin M. Top secara independen. Dan Anda pasti tahu itu sangat sulit).

8. Siapakah Noordin M. Top, yang bukan kata polisi, tapi dari informasi tentangnya yang Anda peroleh secara independen? Apa perannya dalam organisasi itu? Apa ambisinya? Benarkah dia melakukan seperti yang ditudingkan polisi? Apa tujuan hidupnya? Apa pekerjaan sehari-harinya?

Teguh,

Saya kira ini baru sebagian kecil saja pertanyaan yang bisa diajukan.

Anda benar-benar mau melakukan ini? Selamat dan saya berdoa untuk Anda.

(Artikel ini ditulis oleh FARID GABAN di facebook, 30 July 2009)

Blog at WordPress.com.